Gubernur dan Wagub Papua Barat

Dominggus Mandacan-Mohamad Lakotani Dapat Parang dari Suku Arfak: Untuk Bersih-bersih Pemerintahan

masyarakat adat juga meminta Dominggus Mandacan dan Mohamad Lakotani untuk membersihkan duri-duri yang menggangu pemerintahan selama 5 tahun mendatang

Penulis: R Julaini | Editor: Libertus Manik Allo
TribunPapuaBarat.com//Rachmat
Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan dan Mohamad Lakotani menerima parang dalam prosesi adat Suku Arfak, saat tiba di Bandara Rendani Manokwari, Rabu (5/3/2025). 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan dan Mohamad Lakotani tiba di Manokwari melalui Bandara Rendani, Rabu (5/3/2025).

Keduanya tiba menggunakan pesawat Batik Air pada pukul 07.55 WIT pagi.

Kedua pemimpin Papua Barat ini kemudian disambut tarian dan prosesi adat dari empat suku saat keluar dari ruang tunggu VIP Bandara Rendani Manokwari.

Baca juga: BREAKING NEWS - Dominggus Mandacan dan Mohamad Lakotani Tiba di Bandara Rendani Manokwari

Baca juga: Kerukunan Flobamora Komitmen Bersatu Dukung Pembangunan Papua Barat bersama Doamu

Tarian dan prosesi adat itu berasal dari Suku Arfak, Serui, Kaimana dan Buton.

Saat prosesi adat Suku Arfak, baik Dominggus Mandacan dan Mohamad Lakotani diberikan parang.

Saat diberikan parang tersebut, masyarakat adat menjelaskan bahwa Dominggus Mandacan dan Mohamad Lakotani mendapat parang sebagai simbol "bersih-bersih".

Selama kurang lebih tiga tahun sejak keduanya mengakhiri jabatan periode pertama sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Barat, kondisi pemerintahan "kotor", sehingga perlu ada "pembersihan".

Selain untuk bersih-bersih, masyarakat adat juga meminta Dominggus Mandacan dan Mohamad Lakotani untuk membersihkan "duri-duri" yang menggangu pemerintahan selama lima tahun mendatang.

"Sehingga setelah itu kebun bisa bersih dan ditanami. Hasil tanamnya bisa kasih makan kita, prajurit yang sudah bantu bapa berdua selama berperang," kata seorang masyarakat adat.

Sebelumnya, Dominggus Mandacan dan Mohamad Lakotani disebut merupakan jendral perang.

Awalnya, Suku Arfak hendak memberikan panah dalam prosesi adat. Namun hal itu tidak jadi dilakukan lantaran panah dianggap simbol berperang.

Sedangkan perang yang dimaksud disebut telah usai dan kedua jendral tersebut dipastikan menang.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved