Berita Manokwari
Pelita dan IWAPI Lepas 240 Bibit Kepiting di Manokwari: Lestarikan Habitat dan Dukung Ekonomi Warga
Masyarakat diminta untuk tidak menangkap kepiting selama enam bulan ke depan agar populasi bisa berkembang dengan baik.
Penulis: Matius Pilamo Siep | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Dalam rangka memperingati Hari Bumi ke-55, Pemuda Lintas Agama (Pelita) bersama Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Manokwari menggelar aksi nyata pelestarian lingkungan dengan melepas lebih dari 240 bibit kepiting di perairan Kampung Wamesa, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari.
Aksi ini bertujuan membudidayakan kembali kepiting di wilayah tersebut, sekaligus menghidupkan kembali ekosistem yang sempat hilang.
Ketua Pemuda Lintas Agama, Toto Darwinto menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian nyata terhadap lingkungan.
Baca juga: Kanwil Kemenag Papua Barat Wakafkan Ribuan Bibit Matoa untuk Gerakan 1 Juta Pohon
Baca juga: Sajian 11.325 Kepiting di Kabupaten Waropen Papua Masuk Rekor MURI
“Ini merupakan wujud nyata yang kami lakukan untuk mengembalikan satwa yang dulunya ada dan telah hilang. Dengan melepas 240-an bibit kepiting ini, kami berharap habitat yang pernah ada bisa pulih kembali,” ujar Toto, Selasa (22/4/2025).
Ia menambahkan bahwa bibit kepiting tersebut didatangkan dari wilayah Bintuni dan dipilih khusus untuk dikembangkan di kawasan perairan mangrove Wamesa.
Senada, Ketua IWAPI Papua Barat, Yolanda Manufandu, menyampaikan bahwa budidaya kepiting ini tidak hanya memiliki nilai ekologi, tetapi juga berpotensi menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat setempat.
"IWAPI tidak hanya bergerak di bidang ekonomi dan UMKM, tetapi kami juga peduli terhadap kelestarian lingkungan. Jika kepiting ini berkembang biak dengan baik, ke depan masyarakat bisa merasakan manfaat ekonominya," jelas Yolanda.
Ketua Kelompok Peduli Lingkungan Kampung Wamesa, Rika Rumadas, menyampaikan apresiasi kepada Pemuda Lintas Agama dan IWAPI atas dukungan mereka.
“Kami sangat senang dan berterima kasih atas kepedulian ini. Ini bukan hanya soal melepas bibit, tetapi juga memberi harapan bagi ekosistem kami dan ekonomi masyarakat,” ucap Rika.
Sebagai langkah lanjutan, Rika mengaku telah berkoordinasi dengan kepala kampung untuk membuat peraturan lokal guna melindungi bibit kepiting yang telah dilepas.
Masyarakat diminta untuk tidak menangkap kepiting selama enam bulan ke depan agar populasi bisa berkembang dengan baik.
“Saya sudah koordinasi dengan kepala kampung agar selama enam bulan ke depan tidak ada warga yang menangkap kepiting. Ini demi keberlangsungan budidaya,” pungkasnya.
(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.