Berita Fakfak
Jelang Peresmian Pasar Thumburuni, Sopir OAP Mulai Resah, Harap Ada Terminal Pasti
Dikatakannya, dalam sebulan pihaknya juga dibebankan pajak sebesar Rp 500.000 yang harus dibayar.
Penulis: Aldi Bimantara | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, FAKFAK - Jelang peresmian Pasar Rakyat Thumburuni Fakfak Papua Barat, para sopir angkutan umum Orang Asli Papua (OAP) mulai resah terkait kepastian terminal.
Itu disampaikan salah satu sopir OAP di Pasar Kelapa II Fakfak, Roni (bukan nama sebenarnya) kepada TribunPapuaBarat.com, Minggu (13/7/2025).
"Kami punya rasa khawatir juga soal nasib kami ke depannya, kira-kira terminal menetap untuk kami ambil penumpang di mana," ujarnya resah.
Baca juga: Sopir Konvensional di Manokwari Tolak Operasional Maxim di Kawasan Pelabuhan
Baca juga: Sopir Pikap dan Ojek Pelabuhan Manokwari Ungkap Sejumlah Keluhan, Termasuk Soal Transportasi Online
Roni berujar, apabila Pasar Kelapa II di Jalan Dr Salasa Namudat dikosongkan dan dipindahkan ke Pasar Rakyat Thumburuni, maka pihaknya menemui langkah ke depan yang tak pasti.
"Dengan sementara mangkal di depan Pasar Kelapa II saja sudah sepi penumpang, kami biasanya dalam 1 hari itu hanya paling banyak 2 kali drop penumpang, kadang cuma 1 kali naik ke Mamur," tuturnya.
Dikatakannya, dalam sebulan pihaknya juga dibebankan pajak sebesar Rp 500.000 yang harus dibayar.
"Kami ini padahal tiap bulan bayar pajak RP 500.000 di Kantor Samsat, namun kasian coba tolong kami kah untuk terminal yang pasti ke depan untuk kami ini di mana," jelas Roni.
Ia juga mengemukakan, jika pemerintah memindahkan mereka ke terminal Pasar Thumburuni yang lama dinilai sudah tak strategis.
"Karena sudah tidak ada jembatan penyeberangan kayak dulu, kalau penumpang yang sudah tua atau bawa barang banyak tidak mungkin mau jalan lagi jauh ke terminal lama," jelasnya.
Sehingga pihaknya sangat berharap dari hati kecil yang paling dalam, pemerintah memperhatikan nasib para sopir angkutan umum ke depannya.
"Kami di sini ada yang menuju daerah Teluk, Kokas Gunung, Kokas Pantai hingga Mamur," bebernya.
Sementara itu, dari sisi penumpang, Maria kepada TribunPapuaBarat.com saat ditemui mengatakan, harus menunggu cukup lama baru angkot bisa penuh terisi penumpang dan bisa jalan.
"Sehingga kali kalau terlalu panas yah baku tunggu dulu di luar, tidak duduk di dalam mobil dan biasa juga satu kalo turun dengan rombongan," katanya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.