TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Komoditas perikanan masih menjadi penyumbang utama inflasi bulanan di Manokwari pada Agustus 2022.
Untuk itu, Bupati Manokwari Hermus Indou mengaku akan menekan laju inflasi dengan mengaktifkan operasional badan usaha milik daerah (BUMD) pada akhir tahun 2023.
Hermus Indou berkeyakinan, BUMD dapat meningkatkan produksi perikanan tangkap melalui tata kelola pemasaran dan nelayan yang lebih teratur.
Baca juga: Mendagri Tito Karnavian Ancam Copot Pj Kepala Daerah yang Gagal Kendalikan Inflasi
Baca juga: Agustus 2023, Inflasi Manokwari Tertinggi di Indonesia, Bupati Ungkap Langkah Percepatan Penurunan
"Tidak ada cara lain, selain kita harus memberdayakan nelayan kita di Manokwari dengan baik," ungkap Bupati Manokwari Hermus Indou kepada media di Manokwari, Selasa (5/9/2023).
Ia menyebut, soal operasional BUMD Manokwari yang bergerak di sektor perikanan, Pemda telah berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri RI.
Menurut dia, ada beberapa faktor yang mengakibatkan produktivitas perikanan tangkap di Manokwari susut yang berimbas pada kenaikan harga.
Selain karena faktor cuaca, ia mengaku, para nelayan di Manokwari belum diakomodasi dengan fasilitas tangkap ikan berskala besar.
"Untuk itu, kita berharap ke depannya ada kapal yang bisa menangkap ikan lebih banyak," ujar Hermus Indou.
Sementara menunggu operasional BUMD yang bergerak di sektor perikanan, ia berharap sinergi Pemprov Papua Barat.
Lantaran, perikanan tangkap merupakan kewenangan Dinas Kelautan dan Perikanan Papua Barat.
"Jadi, berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Papua Barat soal harga ikan di pasaran," tandasnya.
Seperti diketahui, pada Agustus 2023, Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat mencatat inflasi Kabupaten Manokwari secara tahun ke tahun sebesar 6,40 persen.
Inflasi Kabupaten Manokwari secara bulan ke bulan sebesar 0,55 persen.
Hal ini membuat Kabupaten Manokwari menjadi kota dengan inflasi tahunan tertinggi pada Agustus 2023.
Penyumbang utama inflasi bulanan di Manokwari adalah komoditas ikan cakalang (0,5840 persen), ikan ekor kuning (0,1667 persen), kacang panjang (0,0830 persen), bayam (0,0462 persen) dan ikan kakap merah (0,417 persen).
(*)