Papua Barat
Maikel Saiba Desak Evaluasi BBKSDA Papua: “Kalau Tak Paham Adat, Pindahkan Saja dari Tanah Papua”
Ia menyarankan agar pejabat yang tidak memahami kultur dan adat masyarakat Papua dipindahkan ke luar wilayah Papua
Penulis: Fransiskus Irianto Tiwan | Editor: Hans Arnold Kapisa
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Tindakan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua yang membakar mahkota Cenderawasih menuai kecaman dari berbagai kalangan di Tanah Papua.
Salah satu suara kritis datang dari Maikel Saiba, Intelektual muda Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf) Papua Barat.
Maikel menilai tindakan tersebut sebagai bentuk pelecehan terhadap nilai adat dan budaya masyarakat Papua.
Menurutnya, mahkota Cenderawasih bukan sekadar benda, melainkan simbol kehormatan dan identitas masyarakat adat.
“Mungkin di sini saya berbicara sebagai pemuda Pegunungan Arfak secara privat, tetapi juga sebagai pemuda Papua secara fakta. Kami merasa sangat sakit dengan tindakan itu,” ujar Maikel Saiba, Rabu (22/10/2025).
Ia menjelaskan bahwa burung Cenderawasih memiliki nilai sakral dan digunakan dalam berbagai upacara adat, penyambutan tamu kehormatan, serta sebagai lambang penghormatan kepada pemimpin dan tamu negara.
“Nilai-nilai adat di Tanah Papua menempatkan Cenderawasih sebagai simbol nomor satu. Burung ini bukan hanya satwa, tapi lambang kebanggaan dan jati diri orang Papua,” tegasnya.
Maikel menilai pembakaran mahkota Cenderawasih menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap kepercayaan dan nilai budaya Orang Asli Papua (OAP).
Baca juga: Koordinator Isu Masyarakat Adat BEM se-Indonesia Kecam Pembakaran Mahkota Cenderawasih
Ia menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk ketidakpekaan terhadap simbol leluhur yang sangat dihormati.
Lebih lanjut, Maikel meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengevaluasi pejabat BBKSDA Papua yang diduga terlibat dalam pembakaran tersebut.
Ia menyarankan agar pejabat yang tidak memahami kultur dan adat masyarakat Papua dipindahkan ke luar wilayah Papua.
“Kalau beliau tidak memahami nilai adat dan kepercayaan masyarakat Papua, lebih baik segera pindahkan saja ke wilayah lain di Indonesia. Jangan lagi bertugas di Tanah Papua,” ujarnya.
Meski mengecam tindakan tersebut, Maikel menegaskan bahwa para pemuda Papua tetap mendukung penuh pelestarian lingkungan dan perlindungan satwa, termasuk burung Cenderawasih.
Namun, ia mengingatkan agar pelestarian tidak dilakukan dengan cara yang merusak simbol budaya.
“Kami mendukung upaya menjaga lingkungan dan kelestarian alam Papua. Tapi jangan sakiti hati masyarakat adat dengan cara-cara seperti itu. Ini tentang penghormatan terhadap identitas kami sebagai orang Papua,” pungkasnya.
BBKSDA Papua
mahkota Cenderawasih
Intelektual Muda Arfak
Pembakaran Mahkota Cenderawasih Tuai Kecaman
Maikel Saiba
simbol budaya
burung Cenderawasih
simbol kehormatan
Pegunungan Arfak
Eksklusif
SaksiKata
meaningful
| Papua Barat Juara Favorit Pawai Ta’aruf Kendaraan Hias STQH Nasional di Kendari |
|
|---|
| MRPBD Gelar Lokakarya, Kakanwil Kemenag Papua Barat Minta Rawat Kerukunan |
|
|---|
| Satu Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran, Pemuda Papua Barat: Banyak Terobosan Besar untuk Rakyat |
|
|---|
| Rangkaian HUT ke-61, DPD Golkar Papua Barat Gelar Donor Darah dan Bagi Ribuan Paket Sembako |
|
|---|
| Mohamad Lakotani Tegaskan MBG Tetap Diawasi Meski Kasus Keracunan Rendah |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/papuabarat/foto/bank/originals/maikel-soal-mahkota-cenderawasih.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.