Pak Solikin, Pedagang Keripik Singkong Khas Manokwari yang Sebulan Raup Omset Puluhan Juta
Pak Solikin, Pedagang Keripuk Singkong Khas Manokwari yang Sebulan Raup Omset Puluhan Juta, Begini Kisahnya
Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Jefri Susetio
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Umbi-umbian menjadi pangan lokal yang melimpah di Tanah Papua Barat.
Selain hanya direbus atau digoreng, ternyata ketela seperti singkong dan ubi jalar, bisa diolah menjadi keripik yang bernilai jual.
Solikin (51), seorang warga Kampung Masni, Distrik Masni, Kabupaten Manokwari memanfaatkan ide peluang bisnis kuliner tersebut.
Baca juga: Kisah Yusup Sayop 18 Tahun Jadi KSR-PMI, Pernah Terlibat Langsung Peristiwa Tsunami Aceh
Baca juga: Renungan Minggu, Kemerdekaan Adalah Kasih Karunia Allah bagi Umat Manusia
"Awalnya saya itu punya mebel. Tapi sejak krisis tahun 2000, saya beralih ke kuliner," katanya saat ditemui TribunPapuaBarat.com, belum lama ini.
Pria asli Malang itu mengungkapkan, pada mulanya hanya memproduksi keripik singkong.
Lantaran Solikin melihat singkong atau kasbi dalam bahasa lokal Papua, adalah hasil bumi yang melimpah.
Namun tak begitu laku dalam bentuk bahan baku mentah.
Maka dari itu, ia mulai meninggalkan perkakas mebelnya dan sibuk di dapur untuk mengolah singkong menjadi keripik yang renyah dan garing.
Keripik singkong Solikin yang dijual Rp 20 ribu per bungkus. Dan, ternyata diminati masyarakat.
Adapun produk olahannya seperti keripik rusa, betatas, sukun, tempe, pisang manis, keladi original, stik talas dan sale pisang.
Semuanya dibanderol harga yang sama, yaitu Rp 20 ribu per bungkus.
Solikin mengaku, produk UMKM olahannya tersebut, ia pasarkan di sejumlah pusat perbelanjaan di Manokwari. Di antaranya Hadi mart, Orchid, Happy mart, M-mart, Intan Jaya dan Kalindah.
"Saya titip di sana. Tapi, selalu ada stok juga di Masni sini," ujarnya.
Solikin menyadari lakunya produk keripik olahannya tidak lepas dari izin edar dan uji kualitas yang telah dikantonginya dari Badan POM di Manokwari.
Baca juga: Berkunjung ke Pulau Terluar, Paulus Waterpauw Beri Bantuan Tangan Kasih dan Sembako untuk Warga
Baca juga: NKRI Harga Mati, Warga Pulau Fani Turut Merayakan Kemerdekaan Indonesia: Kawal Kedaulatan Indonesia
"Keripik saya juga sudah punya status halal dari MUI," tambahnya.
Hingga kini, Solikin bisa meraup omzet Rp 20 sampai Rp 25 juta dalam sebulan.
Tapi, dia mengaku tidak sendirian menikmati keuntungan tersebut.
Pasalnya, perputaran roda ekonomi itu juga dirasakan oleh para petani di Distrik Masni.
"Kita kan pasok bahan bakunya dari mereka (kelompok tani Distrik Masni)," tutupnya.
(*)