Penurunan Indeks Harga Sektor Transportasi, Picu Deflasi Papua Barat 0,81 Persen
Penurunan Indeks Harga di Sektor Transportasi, Picu Deflasi 0,81 Persen di Papua Barat, gabungan dari dua kota IHK (Indeks Harga Konsumen)
Penulis: Elias Andi Ponganan | Editor: Libertus Manik Allo
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Provinsi Papua Barat mengalami deflasi 0,81 persen pada Agustus 2022 karena dipicu turunnya indeks harga dari sektor transportasi.
Kondisi ini merupakan gabungan dari dua kota IHK (Indeks Harga Konsumen) yakni Manokwari dan Kota Sorong.
Kepala BPS Papua Barat Maritje Pattiwaellapia mengatakan, ada empat kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks harga yaitu kelompok makanan dan minuman, transportasi, pakaian dan alas kaki, serta kelompok informasi dan komunikasi.
Penurunan indeks harga dari kelompok transportasi jauh lebih besar dibanding tiga kelompok lainnya.
“Deflasi kelompok transportasi 5,82 persen dengan andil yang cukup besar yaitu 0,75 persen,” kata Maritje saat menggelar konferensi pers di Manokwari, Kamis (1/9/2022).
Baca juga: BPS Akan Lakukan Pendataan Regsosek, Butuh Partisipasi Masyarakat Papua Barat
Baca juga: BPS Papua Barat Canangkan Pembangunan Zona Integritas, Wujudkan Birokrat Integritas Tinggi
Ia menjelaskan, Manokwari mengalami deflasi 0,79 persen dan Kota Sorong 0,82 persen.
Sektor transportasi menjadi biang kerok turunnya indeks harga dari dua kota IHK tersebut.
Untuk Manokwari, deflasi transportasi tercatat 6,80 persen dengan andil 0,95 persen. Sedangkan di Kota Sorong, deflasi transportasi sebesar 5,52 persen dengan andil 0,69 persen.
“Kelompok transportasi ini mengalami penurunan indeks harga pada kedua kota IHK di Papua Barat,” ucap Maritje.
Baca juga: Kepala BPS: Gini Ratio Papua Barat Turun, Indeks Pedesaan Naik Tipis
Ia merincikan, ada lima komoditas yang memberikan kontribusi terhadap kondisi deflasi baik di Manokwari maupun Kota Sorong.
Meliputi tarif angkutan udara, tomat, bawang merah, buah pinang, daging ayam ras, ikan ekor kuning dan tempe.
Namun, andil yang paling dominan adalah tarif angkutan udara.
Kondisi ini dipengaruhi penurunan harga tiket pesawat dari pihak maskapai dan banyaknya penerbangan.
“Jadi masing-masing kota IHK ada lima jenis komoditas penyumbang deflasi,” terang Maritje.
Baca juga: Nilai Ekspor Migas Papua Barat pada Juli 2022 Melonjak
Baca juga: Pemda di Papua Barat Diminta Optimalkan Penggunaan Dana tak Terduga untuk Kendalikan Inflasi
Kendati demikian, tujuh kelompok pengeluaran lainnya justru mengalami inflasi. Antara lain kelompok perumahan, perlengkapan, kesehatan, rekreasi, pendidikan, restoran, dan jasa perawatan pribadi.
Adapun sejumlah komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kondisi inflasi pada dua kota IHK meliputi cabai rawit, ikan kembung, ikan ekor kuning, sawi hijau, ikan cakalang, air kemasan, bayam, bahan bakar rumah tangga dan pemeliharaan atau servis.
“Selain empat kelompok mengalami deflasi, tujuh lainnya inflasi. Tapi kontribusinya kecil,” terang Maritje Pattiwaellapia.
Baca juga: Khawatir Keamanan Petugas Sensus, BPS Hentikan Pengambilan Sampel di Kabupaten Maybrat
Secara tahunan (Year on year), sambung dia, Papua Barat mengalami inflasi 3,14 persen lebih tinggi dibanding kondisi Agustus 2021 yang tercatat 3,27 persen.
Sedangkan inflasi tahun kalender atau Agustus 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 2,51 persen.
Manokwari menempati peringkat inflasi ke 18 dan Kota Sorong 19 dari 21 kota inflasi yang ada di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua).(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/papuabarat/foto/bank/originals/DEFLASI.jpg)