Info UNIPA

Akademisi Unipa Agus Sumule Ungkap Solusi agar Investasi Tetap Melejit di Papua Barat

menurut Agus Sumule, pemerintah daerah dan pihak investor perlu terbuka kepada masyarakat tentang berbagai dimensi dari proyek tersebut.

|
TRIBUNPAPUABARAT.COM/KRESENSIA KURNIAWATI MALA PASA
Akademisi Unipa Agus Sumule 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah berharap investasi bisa bertumbuh subur di Papua Barat.

Akademisi Universitas Papua (Unipa) Agus Sumule menilai, investasi di Papua Barat memiliki prospek yang baik jika melakukan sejumlah langkah kongkret.

Dari sisi pemerintah, menurut Agus Sumule, pemerintah daerah dan pihak investor perlu terbuka kepada masyarakat tentang berbagai dimensi dari proyek tersebut.

Baca juga: KEK Sorong Diproyeksikan Serap 15.000 Pekerja, Agus Sumule: OAP Sulit Diterima karena RLS

Baca juga: Akademisi Unipa Agus Sumule Ungkap Alasan Masyarakat di Papua Barat Kerap Lakukan Pemalangan

"Transparansi pemerintah termasuk soal apa dampaknya bagi masyarakat setempat, baik dampak positif maupun negatif," ungkap Agus Sumule dalam keterangan resmi yang diterima TribunPapuaBarat.com, Rabu (6/9/2023).

Menurut dia, keterbukaan pemerintah dan investor tidak perlu menunggu sampai studi analisis dampak lingkungan (AMDAL) selesai.

Ia mencontohkan, industri-industri pengolahan di dalam KEK Sorong, karena sifat kegiatannya, akan sulit menampung pencari kerja lokal akibat dari rendahnya pendidikan dan keterampilan mereka.

"Sampaikanlah keadaan itu dengan terus terang kepada masyarakat," ujar peneliti demografi Papua dan Papua Barat itu.

Kedua, lanjut dia, pihak investor perlu berinvestasi dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM), bahkan sebelum fasilitas fisik dari pabrik-pabrik itu dibangun.

Ia mengungkapkan, pendekatan ini sudah pernah dilakukan pada akhir tahun 1990-an.

Kali itu, ARCO (kemudian diambil alih oleh BP Tangguh) sudah hampir pasti mengeksploitasi sumber daya gas bumi di Teluk Bintuni.

Kemudian manajemennya berkunjung ke Universitas Cenderawasih (Uncen) di Jayapura maupun Uncen Manokwari (sekarang Universitas Papua).

"Waktu itu Uncen belum memiliki satu pun program studi keteknikan," tuturnya.

Ia menceritakan, F A Wospakrik, Rektor Uncen (1996-2000, dan 2000-2005) dan Frans Wanggai Dekan Faperta Uncen di Manokwari mendesak supaya perusahaan BP menyeleksi putra-putri Papua lulusan S1 dalam berbagai bidang ilmu.

Kemudian dididik kembali dalam berbagai aspek teknis dan manajemen pertambangan/industri gas alam.

Ia mengklaim, pendekatan ini berhasil mencetak SDM Papua yang mumpuni dalam industri pertambangan gas alam dalam waktu yang relatif singkat.

Alexander Wetebossy, misalnya, adalah seorang lulusan Program Studi Sosial-Ekonomi Pertanian asal Faperta Uncen.

"Tetapi dia adalah mahasiswa yang cerdas ketika studi S1, termasuk dalam menguasai matematika dan ilmu pengetahuan alam," ujar Agus Sumule.

Dengan melalui pendidikan dan pelatihan yang tepat, kata dia, Alexander mampu menjadi LNG Plant Process Technician.

"Bahkan Alexander kemudian berkarier sebagai oil and energy professional di Qatar," tambahnya.

"Jangan pernah lupa, Papua adalah Daerah Otonomi Khusus, di mana orang-orang asli Papua harus dilindungi, dipihaki, dan diberdayakan," ungkap Agus Sumule.

Ketiga, kata dia, Pemerintah dan pemerintah daerah harus sama seriusnya mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang langsung ditangani oleh rakyat.

Menurut Agus Sumule, soal lahan untuk pembangunan KEK, sebaiknya disewa dari masyarakat hukum adat setempat.

Dengan begitu, bagi masyarakat, ada kepastian tentang kepemilikan maupun manfaat yang diperoleh.

Dana sewa itu kemudian dibentuk menjadi Dana Abadi yang disimpan di bank.

"Dengan cara seperti ini, manfaat dari pembangunan KEK bagi masyarakat hukum adat setempat bisa berlangsung selamanya, yaitu yang berasal dari bunga Dana Abadi tersebut," tandas Agus Sumule.

(*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved