Masifkan Cara Pembuatan SKIP di Kampus, Profesor Fatem: Alumni UNIPA 'Wajib' Punya Catatan Softskill

Sepus Fatem mengatakan sosialisasi dan pelatihan SKIP bagi mahasiswa dan para dosen merupakan respons Universitas Papua Barat

TribunPapuaBarat.Com/Hans Arnold Kapisa
Wakil Rektor I Universitas Papua, Profesor Sepus Fatem, setelah membuka kegiatan sosialisasi dan pelatihan pembuatan SKIP di aula utama kampus UNIPA di Manokwari, Selasa (27/2/2024). 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI- Universitas Papua (UNIPA) Manokwari menggelar sosialisasi dan pelatihan pembuatan Surat Keterangan Pendampingan Ijazah (SKPI) bagi mahasiswa semester akhir dan para dosen di lingkungan kampus, Selasa (27/2/2024). 

Wakil Rektor I UNIPA Manokwari, Profesor Sepus Fatem, mengatakan sosialisasi dan pelatihan SKIP bagi mahasiswa dan para dosen merupakan respons Universitas Papua terhadap transformasi Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. 

"Didasari Peraturan Menristek Dikti Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, salah satunya adalah setiap lulusan PT dapat diberikan SKIP di luar Ijazah dan Transkrip Nilai," ujarnya di Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

Ia mengatakan SKIP merupakan satu di antara dokumen tambahan yang menjelaskan tentang kompetensi lain dari seorang  alumni (lulusan PT) di Indonesia. 

Baca juga: FKIP Unipa Siap Jadi “Oase” Pendidikan di Tengah Konflik Kabupaten Puncak

 

"SKIP akan menjelaskan tentang rekam jejak seorang alumni UNIPA tentang sikap, rasa tanggung jawab, kerjasama, dan disiplin yang  kelak dapat di gunakan untuk  masuk pada dunia kerja," ujar Sepus Fatem.

Karena itu, ucapnya, UNIPA melaksanakan sosialisasi dan pelatihan cara pembuatan SKIP bagi mahasiswa semester V ke atas termasuk para tenaga dosen khususnya koordinator program studi (prodi).

"Ini penting, agar mahasiswa dan para dosen koordinator prodi memiliki kapasitas maupun SOP (standar operasional prosedur) untuk mengawal proses pengakuan dari kegiatan-kegiatan non akademik yang masuk dalam SKPI," kata Sepus Fatem.

Ia mengakui, saat ini, tidak dapat dipungkiri tantangan dunia kerja pada lembaga bisnis dan lembaga non profit yang lebih mengutamakan softskill selain nilai akademik.

"Dunia kerja hari ini tidak saja melihat ijazah dan transkip nilai tetapi lebih cenderung melihat sertifikat (SKIP) yang menjelaskan tentang kompetensi tambahan seseorang."

Baca juga: Bupati Yosias Saroi Apresiasi Kajian UNIPA Mampu Integrasikan Potensi Wisata Pegunungan Arfak

"Artinya mereka akan lebih fokus melihat softskill, seperti manajemen waktu (disiplin), kepemimpinan (leadership), atau problem solving seorang lulusan kampus negeri," kata Sepus Fatem.

Ia juga mengakui pelatihan cara pembuatan SKIP yang digelar merupakan "jalan tol" menghadapi transformasi pendidikan. 

Ia berharap Universitas Papua mampu berdiri tegak dan seimbang pada revolusi industri 4.0.

"Apa yang kita lakukan ini merupakan bagian dari mengadaptasikan kampus UNIPA menghadapi revolusi industri dan era 4.0 baik di tanah Papua maupun secara global," katanya.

Menurut Prof Sepus Fatem, implementasi SKIP bukan hal baru di kampus Universitas Papua karena telah ditetapkan sejak tahun 2020 namun tidak secara maksimal dilaksanakan. 

"Sudah ada keputusan Rektor UNIPA Nomor 42 Tahun 2020 tentang SKPI. Hanya saja dalam perjalanan, sosialisasinya kurang masif dilakukan sehingga kita baru laksanakan di tahun 2023, dan dilanjutkan pada tahun 2024 ini," ujar Sepus Fatem.

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved