Berita Papua Barat

Pit Sang Konduktor, Maskot Perparawi Nasional XIV yang Terinspirasi dari Cerita Kota Emas

Awal mula cerita, kata Yan Makabori, ada tiga tokoh penting dalam cerita "Kota Emas". Ketiganya adalah Tom, Regi dan Pit.

Penulis: R Julaini | Editor: Libertus Manik Allo
Tribunpapuabarat.com//Rachmat Julaini
Launching maskot Pesparawi Nasional XIV Tahun 2025 di Halaman Kantor Gubernur Papua Barat, Senin (13/5/2024). 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Pemprov Papua Barat dan Kementerian Agama meluncurkan maskot Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional XIV Tahun 2025.

Maskot diluncurkan dalam apel pagi di Halaman Kantor Gubernur Papua Barat, Senin (13/5/2024).

Panitia Pesparawi Nasional XIV, Yan Makabori menceritakan maskot Pesparawi itu bernama Pit Sang Konduktor.

Baca juga: Jeane Marie Tulung: Pesparawi Libatkan Lintas Umat, Wujud Kerukunan dan Moderasi Beragama

Baca juga: Pit Sang Konduktor Jadi Maskot Pesparawi Nasional XIV 2025

Pit Sang Konduktor terinsipirasi dari cerita "Kota Emas" yang diciptakan Izaak Samuel Kijne Tahun 1934 di Miei, Kabupaten Teluk Wondama.

Awal mula cerita, kata Yan Makabori, ada tiga tokoh penting dalam cerita "Kota Emas". Ketiganya adalah Tom, Regi dan Pit.

Ketiganya disebut menikmati terbenamnya matahari di Gunung Wondiwoi. Sinar keemasan matahari yang turun di balik Gunung Wondiwoi menjadi inspirasi bagi Regi.

Regi yang disebut Yan Makabori adalah anak kecil Belanda, kala itu mengucapkan Kota Emas yang bercahaya itu ada di balik gunung.

"Kemudian Tom, anak laki-laki Papua, mengatakan 'saya ingin sampai ke Kota Emas'," jelas Yan Makabori dalam presentasi mengenai maskot Pesparawi.

Dinamika pertemuan kedua anak (Tom dan Regi), lanjut Yan Makabori, senantiasa ditemani Pit, si anak Kasuari.

Pit dikenal sebagai 'Hadengat' dalam bahasan Hatam dan 'Sarioh' dalam bahasa Baham.

Pit disebutnya punya karakter setia, polos, ceria, lincah, senang menari dan menyanyi.

"Dan kita harapkan karakter Pit Sang Konduktor inilah yang akan menginspirasi karakter seluruh masyarakat dan pemerintah Papua Barat untuk mensukseskan Pesparawi Nasional," ungkap Yan Makabori.

Selain itu pemilihan Kasuari sebagai maskot ialah karena Kasuari menjadi simbol dan komponen penting dalam lambang daerah.

Dalam filosofi budaya Papua, lanjut Yan Makabori, membicarakan Kasuari ialah sekaligus membicarakan keberanian, kemandirian dan kepahlawanan.

Tahun 2025 mendatang sebagai periode berlangsungnya Pesparawi Nasional XIV, sekaligus diperingati sebagai satu abad peradaban Papua yang diletakkan dasarnya oleh Izaak Samuel Kijne pada tahun 1925 di Miei.

Pesparawi Nasional XIV Tahun 2025 itu disebutnya menjadi bukti bahwa apa yang diletakkan seratus tahun sebelumnya terwujud saat ini.

Adapun Yan Makabori membacakan syair yang dituliskan Izaak Samuel Kijne:

"Mulialah bentangan langit yang bersandar pada Wondiwoi Bertiup angin dan bukit senang, sejuk, sepoi-sepoi
Tidak ada negeri yang sama dengannya dalam hatiku, seperti engkau Teluk Wondama Sebab ku lahir di pesisirmu"

"Telah kulihat Gunung Arfak, Teluk Doreh yang permai Di punggung selami ombak ku naiki danau Paniai dan berjalan lama Kenang-kenangan ku penuh Kupilih jua engkau Wondama, sebab ku lahir di pesisirmu"

"Tamasya elok di Sentani, penuh sukacita yang terindah dengan Bintuni dan Arguni dan Puncak Salju yang sepi
Ketika bulan purnama di atas air tenang dan teduh Ku kasih engkau Wondama Sebab ku lahir di pesisirmu"

Yan Makabori berujar, mengapa Wondama penting.

Sebab Wondama menjadi tempat pertama peradaban Papua dimulai tepatnya di Miei.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved