Pemuda Adat Domberay Siap Sukseskan Parade Budaya Hari Masyarakat Adat se-Dunia

Menurut Feri Derebi, parade budaya akan diikuti oleh masyarakat adat dari tujuh wilayah adat besar di Papua dan undangan telah didistribusikan

TribunPapuaBarat.com/Matius Pilamo Siep
PARADE BUDAYA - Ketua Panitia Parade Budaya, Feri Derebi (kiri) dan Sekertaris, Maria Kebar (kanan) di Kantor Dewan Adat Papua Wilayah Domberay, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Rabu (6/8/2025). 

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang identik dengan aksi demonstrasi, ucapnya, kegiatan tahun ini lebih difokuskan pada pendekatan kultural. 

Baca juga: DPRPB Sosialisasikan Perda dan Perdasus di Pegaf untuk Lindungi Hak Masyarakat Adat

Panitia ingin menunjukkan bahwa perlawanan dan penyadaran juga bisa dilakukan melalui budaya dan seni.

“Kami coba sandingkan dan konsepkan dengan kearifan lokal masyarakat adat yang selalu hidup bersama alam,” ujar Maria Kebar.

Kegiatan ini juga menyasar generasi muda adat dari tujuh wilayah, sebagai pewaris utama budaya dan penjaga masa depan Papua.

Maria menegaskan parade budaya ini bukanlah kegiatan seremonial biasa. 

Kegiatan ini sebagai bentuk kekecewaan dan suara hati masyarakat adat yang selama ini terpinggirkan dan terus mengalami tekanan dari berbagai pihak, terutama para oligarki yang mengeksploitasi sumber daya alam secara masif.

“Sudah banyak hutan yang dibabat, masyarakat adat diasingkan, dan hak-hak mereka disampingkan,” kata Maria Kebar.

Situasi ini menjadi latar belakang kuat perayaan ini dianggap penting untuk memperkuat kembali jati diri dan posisi masyarakat adat di tanah mereka sendiri.

Baca juga: Pemekaran Distrik Mokwam, Peluang Masyarakat Adat Jadi Tuan di Negeri Sendiri

Meski persiapan telah dilakukan secara matang, pihak keamanan belum memberikan izin untuk parade budaya pada 9 Agustus. 

Karena itu, panitia telah menyiapkan rencana alternatif agar kegiatan tetap dapat berjalan.

“Kami tetap berkomitmen agar acara ini berlangsung meskipun harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada,” ujar Maria.

Ia juga prihatin karena semakin maraknya eksploitasi hutan adat tanpa memperhatikan hak-hak masyarakat setempat, terutama di wilayah Pegunungan Arfak, Merauke, Nabire, Timika, dan beberapa daerah lainnya.

Maria menekankan pentingnya peran pemuda adat sebagai tulang punggung perjuangan masa depan.

“Kami berharap, melalui kegiatan ini, para pemuda tetap semangat menjaga hutan dan budaya agar tidak punah,” ujar Maria Kebar.

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved