Profil Alex Sitanala, Deklarator Ketapang Dive Community Manokwari, Jaga Harmonisasi Teluk Doreri
Laut menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seorang Alexander Richardson Sitanala (46).
Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Haryanto
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI – Laut menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seorang Alexander Richardson Sitanala (46).
Matahari dengan ritme teratur kembali ke peraduannya, pada Sabtu (11/3/2023) petang.
Alex, sapaan akrabnya, duduk di pelataran rumahnya yang berada tepat di samping Jembatan Ketapang Kwawi, Distrik (Kecamatan) Pasir Putih, Kabupaten Manokwari, Papua Barat.
Bagian belakang rumah Alex yang disulap menjadi Kafe Ketapang, lantas menjadi tempat nongkrong sejumlah pemuda.
Anak-anak memilih tak berdiam diri.
Baca juga: Ketapang Dive Community Harapkan Pemerintah Bentuk Regulasi Lindungi Laut
Diiringi pekikan tawa, mereka loncat dari lantai kafe atau jembatan Ketapang berbahan kayu, itu ke laut yang sedang pasang naik.
Laut Teluk Doreri yang diterpa sinar mentari sore, memantulkan kilau kekuning-kuningan sambil dilalui hilir-mudik motor tempel yang mengantar penumpang ke Pulau Lemon dan Pulau Mansinam.
Ada juga perahu yang dinaiki tiga orang remaja putri.
Seorang mengayuh dayung, dua lainnya sibuk menarik-ulur senar pancing.
Begitulah suguhan pemandangan yang dinikmati Alex dari Kafe Ketapang miliknya ketika cuaca sedang bersahabat.
Pria kelahiran Jayapura, 25 April 1976, itu bertekad menjaga harmoni kehidupan di Teluk Doreri tersebut, baik yang ada di permukaan maupun di bawah laut.
Baca juga: Ketapang Dive Community di Manokwari Bikin Puluhan Media Penanaman Terumbu Karang
Oleh sebab itu, pada Senin, 29 Maret 2021, bersama 23 orang lainnya, Alex mendeklarasikan Ketapang Dive Community (KDC) atau Komunitas Menyelam Ketapang, sebagai ‘penjaga’ bawah laut perairan Manokwari.
Hingga saat ini, terhitung sudah ada 1500-an karang yang telah dibenamkan menggunakan metode transplantasi karang oleh KDC di perairan Teluk Doreri.
Alex bersama anggota Ketapang Dive Manokwari rutin mengecek pertumbuhannya, dan kini diakui Alex, terumbu karang tumbuh subur menjadi rumah bagi biota laut Teluk Doreri.
Bagi Alex itulah arti kebahagiaan yang sesungguhnya.
“Bermula dari pandemi covid-19. Semua kegiatan dibatasi. Tapi, hanya di laut yang orang tidak bisa batasi tong (kita) punya gerak. Makanya, muncul ide untuk latih adik-adik dong menyelam,” kata Alex saat ditemui TribunPapuaBarat.com di Manokwari.
Baca juga: INILAH Program Melindungi Terumbu Karang yang Dilakukan Komunitas Ketapang Dive Manokwari

Pria peranakan Ambon-Papua itu mengaku, sebenarnya sudah lama memiliki impian mendirikan komunitas menyelam sejak kepindahannya ke Manokwari pada 2018.
Sebagai seorang yang telah memiliki lisensi menyelam kelas rescue (pertolongan), ia tergerak untuk menularkan renjananya tentang menyelam kepada anak-anak Papua lain, khususnya di Manokwari.
Terlebih, Alex menuturkan, pada 2020 kondisi bawah laut Teluk Doreri berada di ambang kerusakan.
Sementara ia merasa sudah menyatu dengan Teluk Doreri karena ikatan perkawinannya dengan sang istri, Ressa Rumfabe, seorang keturunan Suku Doreri.
Atas dasar itu, Alex berinisiatif menjadi pionir penanaman karang di Pulau Mansinam.
Cibiran dari orang lain, pun kerap diterima Alex ketika memulai upaya restorasi karang di bawah laut Teluk Doreri tersebut.
“Dong (mereka) tanya, buat apa bikin susah diri tanam karang. Tapi, saya tidak peduli, karena saya tahu apa yang saya buat,” ujar ayah tiga anak itu.
Baca juga: Cara Komunitas Ketapang Kwawi Melestarikan Penyu di Manokwari
Seiring waktu, ia sadar kalau konservasi lingkungan tak bisa dijalankan seorang diri.
Alex bilang, suara minta tolong dari penghuni bawah laut Teluk Doreri, membutuhkan lebih banyak orang untuk menjawabnya.
Sehingga, bermula dari mengajari para iparnya tentang teknik dan perlengkapan menyelam, Alex berhasil menarik 11 anak asli Papua lain, menuntun mereka hingga berhasil mendapatkan lisensi menyelam kelas open water.
Adapun para murid Alex di KDC, itu datang dari Kampung Kwawi dan seputaran Kota Manokwari.
“Karena ini laut mereka (orang Papua). Hancur atau tidaknya, bergantung dari mereka juga. Sementara laut merupakan sumber penghidupan kita,” terang anggota jemaat Elim Kwawi itu .
Setelah Alex merasa KDC cukup kuat dari segi jumlah dan kualitas personel, maka komunitasnya berani melakukan aksi heroik penanaman terumbu karang perdana dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021.
Tepatnya pada Sabtu, 5 Juni 2021, Alex dan penyelam KDC melancarkan aksi penanaman terumbu karang bersama Bupati Manokwari, Hermus Indou.
“Tong monitoring beberapa waktu lalu dan karangnya tumbuh dengan baik,” kata Alex semringah.
Baca juga: Komunitas Selam Bersihkan Sampah Plastik di Laut, Ketua Ketapang Dive Manokwari: Kami Menyayangkan

Kondisi bawah laut Teluk Doreri yang mulai membaik itu, menurut Alex ditandai dengan jumlah ikan yang bertambah banyak.
Imbasnya, para nelayan tak repot mendayuh perahu atau bertolak lebih jauh untuk menangkap ikan.
Selain berkat aksi penanaman karang, ucap Alex, kondisi tersebut juga tercipta karena KDC dan warga Kampung Kwawi getol melarang nelayan melempar jaring di area konservasi.
Sambil terus mengampayekan dan melakukan aksi pembersihan laut dan pesisir pantai dari sampah.
“Kalau tong ketemu ada orang yang lempar jaring, pasti tong usir. Tapi, sampai sekarang masih ada juga yang buat begitu, kasihan kan ikannya pada lari,” ujar Alex yang sudah 11 tahun menjadi penyelam dan menekuninya dalam tiga tahun terakhir.
Konservasi Penyu
Alex menuturkan, ia dan anggota KDC juga mempunyai atensi terhadap konservasi penyu di Manokwari.
Untuk itu, Alex kemudian bermitra dengan Fredik Mandacan, seorang penangkar penyu di Kampung Bremi, Manokwari.
Setelah Fredik Mandacan dengan telaten menjaga telur penyu hingga menetas, Alex siap menjadi pihak kedua, membeli tukik untuk dilepasliarkan ke habitat aslinya.
Kegiatan pelepasan tukik kerap dilakukan Alex bersama anggota KDC dengan mengajak partisipasi masyarakat lain.
Seperti yang dilakukan KDC bersama Penjabat Gubernur Papua Barat, dalam pelepasan 300 tukik di Kampung Aipiri pada Juni 2022.
Di waktu yang berdekatan, kata Alex, KDC turut menjadi dalang dalam acara pelepasan tukik di Pulau Mansinam saat perhelatan W20 di Manokwari.
“Saya lihat Pak Fredik ini melakukan penangkaran penyu, tetapi tidak mendapat keuntungan ekonimis. Jadi, saya bantu dengan membeli tukik, supaya Pak Fredik tetap semangat dan memutus rantai jual beli telur penyu dan tukiknya,” urai Alex.
Baca juga: Komunitas Ketapang Dive Kwawi Lakukan Transplantasi Terumbu Karang di Teluk Doreri
Biodata Alex Sitanala
Nama : Alexander Richardson Sitanala
Tempat/tanggal lahir : Jayapura, 25 April 1976
Orang tua : Ayah : (Alm) Johanes Sitanala
Ibu : Evi Wattimury
Istri : Ressa Rumfabe
Anak: 1. Beaven Sitanala
2. Beatrix Sitanala
3. Quensy Sitanala
Pendidikan:
SD YPPK Kristus Raja Dok IX Jayapura
SD Negeri Inpres Perumnas I Waena Jayapura (1993)
SMPN 3 Sentani Yoka (1996)
STM Negeri Kota Raja - Jayapura
SMA YPK Betlehem Wamena (1998)
Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (tidak sampai wisuda)
(*)
Warga Manokwari Bersih-Bersih Kawasan Teluk Doreri Menjelang Hari Lingkungan Hidup se-Dunia |
![]() |
---|
Komunitas Ketapang Diving Community Temukan Walking Shark di Perairan Manokwari: Diduga Spesies Baru |
![]() |
---|
FPIK UNIPA Teken PKS dengan KDC Manokwari, Genjot Potensi Teluk Doreri Jadi Laboratorium Alam |
![]() |
---|
Cerita Penyelam KDC, Nyaris Tak Bisa Pulang ke Manokwari Usai Pelatihan di Jakarta |
![]() |
---|
3 Penyelam KDC Manokwari Ikut Pelatihan Las Bawah Air di Jakarta: Cetak SDM Siap Kerja Underwater |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.