Berita Manokwari

Kisah Otobaja Tarami, dari Pemburu jadi Pelestari Penyu, Masuk Nominasi Penerima Kalpataru 2023

Mendirikan penakaran penyu sebagai cara ia menebus dosa tatkala menjadi predator penyu

|
TribunPapuaBarat.com//Kresensia Kurniawati Mala Pasa
PERAIH KALPATARU – Otobaja Tarami (66) berfoto dengan tukik penyu belimbing (kiri) dan tukik penyu lekang (kanan) di konstelasi Konservasi Penangkaran Penyu Manduni Putera di Kampung Mubraidiba, Distrik Manokwari Utara, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Minggu (16/4/2023). Otobaja Tarami terpilih menjadi nominasi dari Provinsi Papua Barat sebagai peraih Kalpataru 2023. 

“Jadi, kita tidak hanya penangkaran penyu tapi rangkap jadi petugas patroli. Kita kalau sudah jalan patroli, itu orang takut untuk ambil penyu. Jadi, sekarang sudah tidak banyak orang yang jadi predator penyu seperti dulu lagi,” tutur kakek dari 24 cucu dan sembilan cicit itu.

Ekstensifikasi Jadi Tiga Cabang di Manokwari

Saat memulai penangkaran penyu, Otobaja Tarami kerap mendapat pemeo dari masyarakat sekitar.

Walau begitu, tidak membuat Oto menjadi limbung dengan tekadnya melestarikan penyu, hewan yang telah dilindungi dengan Peraturan Pemerintaj Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Kegigihan Oto itulah yang mengubah pola pikir tiga rekannya, yang dulu kerap menyuplai telur penyu.

Bahkan, ketiga temannya itu mengikuti jejak Oto menjadi penangkar penyu.

Ketiga temannyq itu yakni, Nataniel Merino yang mendirikan Penangkaran Penyu Wau (penyu dalam bahasa Biak) di Kampung Nuni, Distrik Manokwari Utara pada 2020.

Setahun berikut, menyusul Fredik Mandacan membangun Penangkaran Penyu Darouw (penyu dalam bahasa Meyah) di Kampung Bremi, Distrik Manokwari Utara.

Abner Mandacan, menjadi yang terakhir bergabung dengan Oto memulai penangkaran penyu di daerah Muara Prafi.

Terhitung sejak 2015 hingga 2022, Konservasi Penangkaran Penyu Manduni Putera sudah melepasliarkan 28.245 tukik kembali ke habitat aslinya.

“Kalau di Nuni (penangkaran penyu) sudah lepas 5.400 tukik, di Bremi sudah lepas 3.500 tukik penyu,” tandas Otobaja Tarami semringah.

Oto menambahkan, masuk menjadi nominasi peraih Kalpataru  bukan menjadi tujuan utamanya.

"Mendirikan penakaran penyu sebagai cara ia menebus dosa tatkala menjadi predator penyu," pungkasnya.

Kalpataru merupakan penghargaan bergengsi yang diberikan pemerintah pusat kepada kelompok maupun perseorangan atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.

(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved