Info UNIPA
Dibanding Pendidikan Berpola Asrama, Akademisi Unipa Sarankan Pemda Terapkan Sekolah Sepanjang Hari
Peneliti demografi Papua dan Papua Barat, itu menegaskan sistem sekolah sepanjang hari hanya bisa dilaksanakan jika mendapat dukungan dari semua pihak
Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Tarsisius Sutomonaio
TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI – Setiap satuan pendidikan dari tingkat SD, SMP, hingga SMA sebentar lagi memulai tahun ajaran 2023/2024.
Akademisi dari Universitas Papua (Unipa), Agus Sumule, menyarankan agar pemerintah daerah (Pemda) di Tanah Papua, termasuk di Provinsi Papua Barat untuk mempertimbangkan pola sekolah sepanjang hari (SSH).
“Sekolah sepanjang hari berbeda dari sekolah berpola asrama,” kata Agus Sumule kepada TribunPapuaBarat.com beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, dalam pelaksanaan sekolah sepanjang hari, para siswa datang ke sekolah lebih pagi dari jam pelajaran dimulai.
Lalu para siswa mandi, mengenakan pakaian seragam dan sepatu, sarapan dan menerima pembinaan rohani di sekolah.
Baca juga: David Alexander Baru: Pemberian Makanan Tambahan di Sekolah Jadi Solusi Penurunan Stunting
Tepat jam sekolah dimulai, ucapnya, mereka menjalani proses belajar-mengajar seperti biasa.
“Sesudah itu mereka makan siang dilanjutkan dengan kegiatan belajar mandiri dan/atau mengerjakan pekerjaan rumah di perpustakaan sampai sore,” ujar Agus Sumule.
Ia menyebut, sebelum siswa pulang ke rumah, para peserta didik terlebih dahulu mandi, makan makanan ringan dan menyiapkan perlengkapan belajar serta pakaian seragam untuk esok hari.
Peneliti demografi Papua dan Papua Barat, itu menegaskan sistem sekolah sepanjang hari hanya bisa dilaksanakan jika mendapat dukungan dari segenap pihak.
Pemerintah daerah bertanggung jawab mengelola dana pendidikan untuk terselenggaranya pendidikan yang bermutu, guru yang cukup didukung dengan infrastruktur memadai.
Baca juga: Pemkab Kaimana Anggarkan Rp 21 Miliar untuk Program Sekolah Gratis Siswa SD dan SMP
Dalam kerangka otonomi khusus (Otsus) Papua, dana pembangunan pendidikan berasal dari dana Otsus (1,25 persen dari plafon DAU nasional) dan DBH migas (khusus Provinsi Papua Barat), dan dana tambahan infrastruktur.
“Pemda harus memutuskan ke mana dana pendidikan mesti difokuskan. Apakah memberi beasiswa bagi sejumlah orang, namun memakan dana yang sangat besar, atau kepada banyak anak yang tidak bersekolah?” ujarnya.
Ia mengungkapkan, SSH perlu dilengkapi dengan fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus), loker atau lemari kecil tempat seragam atau pakaian, sepatu, perlengkapan mandi dan buku-buku siswa.
Selain itu, sekolah juga perlu melengkapi dapur, kamar makan dan peralatannya. Serta, perpustakaan dan perlengkapannya.
pendidikan berpola asrama
Universitas Papua
Agus Sumule
sekolah sepanjang hari
Papua Barat
otonomi khusus
dana otsus
Sekolah
UNIPA
Info UNIPA
Integrasikan Ekstraksi Pati Sagu dan Unit Pemarut, Berikut Hasil Penelitian Adelina Anouw |
![]() |
---|
UNIPA Kukuhkan Tujuh Guru Besar, Tonggak Sejarah Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan |
![]() |
---|
Fapet UNIPA Gelar SBB Angkatan 2024, Ketua BEM: Syarat Wisuda |
![]() |
---|
UNIPA Gelar Ibadah Akhir Pekan, Pdt Gultom: Pentingnya Mengasihi antar Sesama Manusia |
![]() |
---|
Presiden Mahasiswa UNIPA Resmi Lantik Pengurus BEM Fakultas Peternakan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.