Pilkada 2024

Menyoal Fenomena Lawan Kotak Kosong di Pilkada 2024, Ini Kata Pakar Komunikasi Politik

Menurut Antonius Benny Susetyo, kehadiran calon tunggal di Pilkada tidak menawarkan pilihan kepada masyarakat untuk memilih.

Tribunnews
Pakar komunikasi politik, Antonius Benny Susetyo, mengatakan fenomena calon tunggal di Pilkada 2024 menandakan matinya demokrasi. 

TRIBUNPAPUABARAT.COM - Pakar komunikasi politik Antonius Benny Susetyo mengatakan fenomena calon tunggal di Pilkada 2024 menandakan matinya demokrasi.

Melawan kotak kosong di Pilkada 2024, ucapnya, merupakan pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip demokrasi.

Prinsip demokrasi antara lain ruang bagi berbagai ide, visi, dan solusi untuk bersaing secara sehat demi kebaikan bersama.

Menurutnya, kehadiran calon tunggal tidak menawarkan pilihan kepada masyarakat untuk memilih.

Padahal, ucap Antonius Benny Susetyo, adanya beberapa pilihan sebagai manifestasi dari demokrasi.

Ia menyebut demokrasi sejatinya sebagai sistem yang memungkinkan partisipasi aktif masyarakat dalam menentukan arah dan kebijakan pemerintahan.

Baca juga: Kemungkinan Lawan Kotak Kosong di Pilgub Papua Barat, Dominggus Mandacan: Itu Doa Saya

 

"Ketika hanya ada satu calon, proses pemilihan menjadi sekadar formalitas, menghilangkan kebebasan memilih yang merupakan hak dasar tiap warga negara," kata Antonius Benny Susetyo dalam keterangannya, Rabu (07/08/2024).

Demokrasi yang sehat, ujarnya, menawarkan alternatif pemimpin yang memiliki karakter dan kemampuan untuk berpihak kepada kepentingan publik.

"Pemimpin yang dipilih tanpa kompetisi yang sehat cenderung kurang bertanggung jawab dan kurang memiliki visi yang jelas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ucapnya.

Mereka cenderung mengutamakan kepentingan kelompok atau individu tertentu yang mendukung pencalonan mereka.

Baca juga: Saleh Siknun: Lawan Kotak Kosong Tak akan Terjadi di Pilkada Fakfak 2024

Menurut Antonius Benny Susetyo, pencalonan dalam fenomena calon tunggal sering kali bukan berdasarkan meritokrasi, melainkan membeli dukungan partai-partai politik.

"Ketika kekuatan kapital dan kekuasaan overdosis, pilihan demokratis menjadi sulit kembali," katanya.

Mengutip filsuf dari Yunani Socrates, Benny mengatakan penguasa haruslah dipilih berdasarkan keahlian, kebajikan, pengetahuan, dan pemahaman mendalam tentang tugas-tugas pemerintahan.

"Pemimpin yang ideal adalah mereka yang memiliki tanggung jawab moral dan mampu menjalankan kebaikan sebagai landasan dalam mengatur wilayah atau daerah tempat mereka menjabat," kata Antonius Benny Susetyo.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Romo Benny Sebut Calon Tunggal di Pilkada Tanda Matinya Demokrasi

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved