Cacing Asal Manokwari sebagai Pengendali Hama Pertanian di Manokwari

Cacing ini di Indonesia belum banyak diketahui sebagai agensi hayati, padahal di beberapa negara sudah dimanfaatkan

Dokumentasi Sita Ratnawati
Sita Ratnawati, mahasiswa Program Studi Doktor Biologi Universitas Gadjah Mada sekaligus dosen Prodi Biologi FMIPA Universitas Papua 

TRIBUNPAPUABARAT.COM - Kota manokwari terkenal sebagai Kota Buah. Sebagian besar pemasok buah dan sayur segar di Kabupaten Manokwari adalah para petani baik Mama-mama Papua maupun petani dari daerah transmigrasi (SP). 

Masalah klasik pertanian sampai saat ini adalah hama yang menyerang tanaman. Upaya yang sudah dilakukan para petani adalah dengan memberikan cairan pestisida, dan fungisida. 

Tentunya penanganan menggunakan bahan kimia ini membutuhkan biaya mahal. Jika terakumulasi dalam sistem pencernaan dan sistem pernafasan manusia dapat mengganggu kesehatan. 

Ada cara penanganan yang berkaitan dengan hama tersebut yang sangat murah dengan cara menggunakan agensi hayati.

Agensi hayati yang digunakan sebagai pengendali hayati bisa berupa parasitoid ataupun predator.  

Baca juga: Kuliner Ekstrem Wisata Papua Barat: Ada Olahan Cacing Laut yang Kaya akan Protein

Cacing Platydemus manokwari, agensi hayati untuk mengendalikan hama pertanian.
Cacing Platydemus manokwari, agensi hayati untuk mengendalikan hama pertanian di Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

 

Agen hayati yang termasuk dalam parasitoid adalah cacing nematoda dan dari kelompok mikroorganisme, sedangkan agen hayati yang termasuk predator adalah cacing pipih dan kelompok serangga.

Salah satu agensi hayati yang sudah banyak digunakan sebagai pengendali hayati adalah cacing Platydemus manokwari

Cacing ini pemakan moluska, keong sawah, serta siput yang merupakan ancaman bagi para petani.

Cacing ini di Indonesia belum banyak diketahui sebagai agensi hayati, padahal di beberapa negara sudah dimanfaatkan. Bahkan, pada tahun 2018, Platydemus manokwari oleh IUCN dinyatakan sebagai salah satu dari 100 spesies yang invasive. 

Hal ini sangat perlu diperhatikan karena Platydemus manokwari selain sudah terintroduksi ke wilayah yang bukan habitat alami populasinya pun bisa meningkat pesat, sehingga kebutuhan mangsanya juga tinggi.

Selain Moluska yang menjadi hama pertanian di wilayah tersebut, Platydemus manokwari juga memangsa gastropoda endemik sehingga populasi gastropoda endemik menurun secara drastis. 

Menariknya, Platydemus manokwari ini merupakan cacing asal dari Manokwari (New Guinea) .

Di Manokwari, Papua Barat, cacing ini melimpah sampai saat ini, tetapi moluska juga masih ada. 

Sangat menarik dan sangat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bioekologi cacing Platydemus manokwari.

Baca juga: Dinas Pertanian Kaimana Panen Padi Ladang Lagi, Diperkirakan Capai 500 Kg

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved