Luhut Jadi Pembicara Konferensi di Vatikan, Bahas AI dan Metode Gasing di Papua

Menutup pidatonya dalam konferensi di Vatikan, Luhut Binsar Pandjaitan mengisahkan keberhasilan metode Gasing di Indonesia, termasuk di Papua

Istimewa via Tribunnews.com
BAHAS AI - Ketua Dewan Ekonomi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam konferensi Algorethics and Governance di Saint John Paul II Auditorium, Pontifical Universita Urbaniana, Vatikan, Senin (17/11/2025). Ia membahas soal AI dan mengisahkan kesuksesan metode Gasing di Indonesia. 

TRIBUNPAPUABARAT.COM - Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, bukanlah monster, tapi alat untuk meningkat kesejahteraan manusia.

Begitu pidato pembukaan Ketua Dewan Ekonomi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam konferensi Algorethics and Governance di Saint John Paul II Auditorium, Pontifical Universita Urbaniana, Vatikan, Senin (17/11/2025).

Konferensi tersebut digelar oleh yayasan kepausan, Scholas Occurentes.

Para peserta datang dari berbagai negara yang antara lain Indonesia, Brasil, Argentina, Spanyol, Albania, Mozambik, Ukraina, Polandia, dan Italia.

Menurut Luhut Binsar Pandjaitan, artificial intelligence atau kecerdasan buatan adalah alat yang harus tetap dikendalikan manusia. 

Ia menyatakan inovasi teknologi akan menentukan masa depan umat manusia, tapi inovasi teknologi harus tetap berpusat pada keutamaan martabat manusia.

Baca juga: Pembelajaran Fisika Era Digital, Tim UNIPA Bekali Guru SMA YPK Oikumene Manokwari Modul AI

 

Luhut mengutip pernyataan Paus Fransiskus pada Juni 2024 bahwa AI sebagai alat yang berpotensi ampuh untuk kebaikan.  

Bahkan, Paus menekankan menjadi kebutuhan mendesak agar mengembangkan dan memakai AI untuk melayani martabat manusia dan kebaikan.

Di satu sisi, ucap Luhut Binsar Pandjaitan, AI membawa janji yang besar untuk penemuan, pembelajaran dan kreativitas umat manusia.

Di sisi lain, AI dapat mendistorsi kebenaran dan memperlebar ketidakadilan jika tidak didasarkan pada tujuan etis. 

Jaga Martabat Manusia

Kembali mengutip Paus Fransiskus, Luhut menyatakan perlu seruan global untuk pengembangan AI yang berpusat pada manusia, melindungi martabat manusia.

Perlu juga mendorong inklusifitas agar setiap komunitas dapat berpartisipasi dalam era artificial intelligence.

Selain itu, ucap Luhut Binsar Pandjaitan, pendidikan harus diperkuat sebagai pondasi bagi kemajuan yang berkeadilan. 

Yang tidak kalah penting, ucapnya, adalah melestarikan identitas budaya dan tidak membiarkan teknologi menghancurkan budaya.

"AI hendaknya mengangkat kemanusiaan dengan memprioritaskan pada orang-orang yang miskin dan rentan," ujar Luhut.

Baca juga: FKIP UNIPA Gelar Seminar Nasional Bahas Budaya, Teknologi Digital, dan AI dalam Pembelajaran

Metode Gasing

Menutup pidatonya, Luhut mengatakan harus tindakan nyata demi memperkuat pendidikan. 

Indonesia sudah menerapkan Metode Gasing yang bisa diadopsi negara-negara lain.

Metode Gasing (gampang, asyik, menyenangkan) dikembangkan oleh Yohanes Surya agar proses belajar matematika lebih menyenangkan.

Anak-anak belajar matemati melalui tawa, permainan, dan nyanyian. 

Metode ini pun diterap di Indonesia mulai dari Papua sampai dengan Sumatra.

Pada 2008, metode Gasing diterapkan pada siswa di Tolikara, Papua. Saat itu, indeks pembangunan manusia di Tolikara paling rendah se-Indonesia. 

Bahkan, siswa SMA ada yang belum bisa menghitung operasi perkalian 1-10.

Ada jumlah siswa SMA yang belum lancar dalam penjumlahan.

Mereka dibawa ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan metode gasing

Siswa itu mampu menguasai seluruh materi SD (6 tahun) hanya dalam 6 bulan.

Baca juga: Bupati Teluk Bintuni: Guru dan Siswa Lebih Percaya Diri Setelah Ikut Pelatihan Metode Gasing

TINJAU SEKOLAH - Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, berkunjung ke SMP YPK 1 dan SMP YPK 2 Manokwari, Papua Barat, Rabu (5/11/2025). Ia meninjau pelatihan Pandai Berhitung dengan Metode GASING (Gampang, Asik, Menyenangkan) di kedua sekolah tersebut.
TINJAU SEKOLAH - Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, berkunjung ke SMP YPK 1 dan SMP YPK 2 Manokwari, Papua Barat, Rabu (5/11/2025). Ia meninjau pelatihan Pandai Berhitung dengan Metode GASING (Gampang, Asik, Menyenangkan) di kedua sekolah tersebut. (TribunPapuaBarat.com/Fransiskus Irianto Tiwan)

Scholas Occurentes

Pada 19 Mei 2022, Paus Fransiskus meresmikan Scholas Occurrentes International Movement di Pontifical Urbaniana University, Vatikan.

Akar Scholas Occurrentes bisa ditemukan dalam proyek-proyek pendidikan untuk anak-anak di daerah miskin di kota Buenos Aires, Argentina.

Proyek-proyek itu diprakarsa Kardinal Jorge Mario Bergoglio, Uskup Agung Buenos Aires, yang kemudian menjadi Paus Fransiskus.

Sejak berdirinya, Scholas Occurrentes berkembang menjadi jaringan sekolah di seluruh dunia yang berbagi aset, khususnya kepada yang paling membutuhkan. 

Di Indonesia, Yayasan Kepausan ini antara lain berkarya di Bogor, Jawa Barat. (KBRI Takhta Suci)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved