Kisah Arnold Ergor dan Yosefina Mambrasar di Manokwari, Tebar Ilmu Daur Ulang Sampah

Yosefina Mambrasar kerap menerima sumbangan sampah plastik, khususnya botol plastik dari anak-anak sekitar yang secara sukarela memungutnya

TRIBUNPAPUABARAT.COM/KRESENSIA KURNIAWATI MALA PASA
DAUR SAMPAH – Arnold Ergor dan Yosefina Mambrasar menunjukkan hasil daur ulang sampah di pameran yang digelar DLHP Papua Barat pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Senin (5/6/2023). 

Selain ia dan keluarganya berseliweran di sekitar lingkungan untuk mengumpulkan sampah plastik.

Ia pun kerap menerima sumbangan sampah plastik, khususnya botol plastik dari anak-anak sekitar yang secara sukarela memungutnya di pinggir jalan.

"Jadi anak-anak kecil yang biasa kumpul dan kasih di tong," kata Yosefina Mambrasar.

Baca juga: Kisah Alex Tahan Malu dari Wisatawan Denmark karena Sampah di Teluk Doreri Manokwari

Ia berharap, usaha daur ulang sampah mereka semakin berkembang.

Dengan begitu, ia pun dapat berbagi pendapatan bagi para pemasok sampah plastik kepada mereka.

"Selama ini kan, dong kasih tong botol plastik, tapi sukarela saja begitu. Tong belum bisa kasih imbalan apa-apa," tutur ibu lima anak itu.

Diwartakan TribunPapuaBarat.com sebelumnya, Arnold Ergor menceritakan, sepak mula usaha daur sampah ketika masih menjadi karyawan PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.

Saat itu, kata dia, lingkungan tempat tinggalnya jadi langganan banjir. Salah satu penyebabnya yaitu sampah yang menutup sistem drainase.

Pria berusia 47 tahun, itupun sadar kalau limbah anorganik yang banyak dihasilkan oleh PT Freeport yaitu ban dan drum bekas.

“Padahal ban yang tong kasih biar saja di lingkungan, malah jadi sarangnya jentik nyamuk,” ungkap ayah lima anak itu.

Baca juga: Pemkab Manokwari Bakal Identifikasi Ulang Potensi PAD, Khususnya Perda Retribusi Sampah

Alhasil, mulai Maret 2017, Arnold bersama empat orang rekannya yang kala itu sedang mencari pekerjaan, mengubah ban dan drum bekas menjadi kursi.

Departemen Social dan Local Development (SLD) PT Freeport, pun melirik usaha ramah lingkungan besutan Arnold dan kawan-kawan.

Mereka bergabung di rumah kreasi bersama yang memfasilitasi promosi dan jual-beli produk daur ulang sampah anorganik milik Arnold.

Dua tahun berselang, Arnold minta berhenti bekerja di perusahaan tambang terkemuka di dunia itu, setelah 23 tahun mengabdi sebagai karyawan.

Ia lalu kembali ke Manokwari, berkumpul bersama istri dan anaknya di rumah mereka yang beralamat di Jalan Litbang-Anggori, Manokwari, Papua Barat.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved