Ekspedisi Patriot Gelar Lokakarya Kader Kesehatan di Kawasan Transmigrasi Prafi Manokwari

Lokakarya ini sebagai tindak lanjut temuan konflik kesehatan yang terungkap dalam fokus grup diskusi (FGD) pada 23 Oktober 2025 lalu

Penulis: R Julaini | Editor: Hans Arnold Kapisa
istimewa
LOKAKARYA - Foto bersama pasca kegiatan Lokakarya Kader Kesehatan di Distrik Prafi, Manokwari, Rabu (19/11/2025). Lokakarya ini digelar untuk menindaklanjuti hasil FGD pada 23 Oktober 2025 lalu. 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI – Tim Ekspedisi Patriot Lokus Prafi menggelar Lokakarya Peningkatan Kapasitas Kader Kesehatan di Aula Kantor Distrik Prafi, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Rabu (19/11/2025).

Kegiatan ini bertujuan memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat di kawasan transmigrasi di Distrik Prafi, Kabupaten Manokwari.

Lokakarya diikuti lebih dari 50 kader kesehatan dari Puskesmas Prafi, Masni, Sidey, Mowbja, hingga Macuan.

Sejumlah bidan koordinator, petugas promosi kesehatan, serta Sekretaris Distrik Prafi, Irianus Isba, turut hadir memberikan dukungan.

Lokakarya ini sebagai tindak lanjut temuan konflik kesehatan yang terungkap dalam fokus grup diskusi (FGD) pada 23 Oktober 2025 lalu.

Ketua Tim Ekspedisi Patriot, Yangie Dwi Marga Pinanga, yang juga dosen Farmasi ITB, membuka kegiatan dengan menekankan pentingnya peningkatan kapasitas kader sebagai garda mitigasi konflik kesehatan.

Baca juga: Puskesmas Prafi di Manokwari jadi Lokus Integrasi Layanan Primer Kemenkes RI

Ia membeberkan hasil penelitian lapangan ITB dan Universitas Cenderawasih (Uncen) selama dua bulan terakhir.

Kajian itu mengungkap warga transmigrasi Prafi menghadapi berbagai bentuk konflik kesehatan.

“Keterbatasan tenaga kesehatan dan akses ke fasilitas pelayanan membuat masyarakat bergantung pada sumber informasi informal. Di sinilah muncul konflik informasi, perilaku kesehatan, akses layanan, hingga persepsi risiko,” ungkap Yangie Dwi Marga.

Konflik tersebut terlihat mulai dari praktik swamedikasi tanpa pemahaman, pembelian antibiotik tidak rasional, hingga persepsi keliru seperti anggapan vaksin menimbulkan penyakit atau penyakit tertentu dianggap tidak berbahaya.

Dalam lokakarya ini, kader diposisikan sebagai barisan terdepan penangkal misinformasi kesehatan.

"Mereka diberikan peningkatan pemahaman mengenai obat, risiko, dan edukasi kesehatan," ujarnya.

Setelah materi, para peserta mengikuti sesi praktek yang terbagi dalam kelompok kecil dan didampingi petugas puskesmas untuk mempelajari cara membaca informasi obat melalui kemasan maupun lembar kerja.

Para kader juga menerima Buku Kader Kesehatan Mitra Apoteker serta Buku Tata Cara Pembuangan Obat yang Benar sebagai pegangan resmi dalam melakukan edukasi di lapangan.

Melalui penguatan kapasitas kader, Tim Ekspedisi Patriot berharap risiko konflik kesehatan di Prafi dapat ditekan. 

"Kader yang terlatih menjadi kunci mencegah misinformasi, penggunaan obat yang keliru, serta meningkatkan kesadaran kesehatan di tingkat keluarga," katanya menjelaskan.

Baca juga: Wapres Gibran Tinjau Puskesmas Wosi Manokwari, Janjikan Perhatian Pusat untuk Fasilitas Kesehatan

Lokakarya ini kembali menegaskan bahwa penguatan kapasitas lokal memegang peran penting dalam membangun masyarakat yang sehat dan tangguh di kawasan transmigrasi Prafi.

Adapun materi lokakarya dibawakan PJ Farmasi Puskesmas Mowbja, Indah Paramitha Kasim.

Indah menyampaikan materi tentang Swamedikasi Aman dengan menekankan pentingnya peran kader dalam membantu masyarakat melakukan pengobatan mandiri yang tepat.

Materi lainnya dibawakan PJ Farmasi Puskesmas Macuan, Aprhahminati Musyorofah.

Aprhahminati menjelaskan materi terkait penerapan konsep DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang) yang menjadi dasar penguatan layanan kefarmasian dan pencegahan konflik kesehatan.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved