Berita Manokwari

Ekspor Komoditas Unggulan Manokwari Masih Bergantung Daerah Lain, Ini Penjelasan Bea Cukai

Sampai sekarang, ekspor komoditas unggulan Manokwari masih bergantung pada pelabunan Makassar, Surabaya, dan Tanjung Perak

TribunPapuaBarat.com/Fransiskus Irianto Tiwan
BEA CUKAI - Kepala Seksi Pelayanan Kepabenanan, Cukai dan Dukungan Teknis (PKCDT) Kantor Bea dan Cukai Manokwari Papua Barat, Feredy diwawancarai media di Manokwari, Rabu (19/11/2025) 
Ringkasan Berita:
  • Potensi ekspor komoditas unggulan Manokwari, seperti coklat Ransiki dan hasil laut (tuna, kepiting), masih terkendala  sarana pelabuhan dan fasilitas pendukung. 
  • Kepala Seksi PKCDT Bea dan Cukai Manokwari, Feredy, menjelaskan bahwa ekspor belum bisa dilakukan langsung karena minimnya cold storage, kapal ekspor, serta armada kontainer.
  • Pengiriman komoditas harus transit melalui pelabuhan besar di Makassar, Surabaya, dan Tanjung Perak, atau dikirim lewat bandara ke Jakarta sebelum diekspor. 

 

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - Potensi ekspor komoditas unggulan dari Manokwari masih belum bisa dilakukan secara langsung akibat keterbatasan sarana dan prasarana pelabuhan.

Hal ini diungkapkan Kepala Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai serta Dukungan Teknis (PKCDT) Bea dan Cukai Manokwari, Feredy kepada media di Manokwari, Kamis (20/11/2025).

Menurutnya, Manokwari sebagai Ibu kota Provinsi Papua Barat, punya potensi ekspor komoditas unggulan baik hasil laut seperti ikan tuna hingga produk perkebunan seperti coklat. 

"Namun itu,  keterbatasan sarana dan prasarana pelabuhan masih menjadi kendala sehingga ekspor belum dapat dilakukan langsung dari daerah ini," ujarnya.

Ia bahkan tidak menampik, bahwa sejumlah komoditas sebenarnya sudah menembus pasar luar negeri, terutama coklat Ransiki serta hasil laut seperti tuna dan kepiting.

“Coklat sudah ekspor, tapi tidak langsung dari sini. Ikan segar juga potensinya besar, tapi belum ada cold storage. Kalau ekspor itu harus dalam jumlah besar, minimal satu sampai dua kontainer,” jelas Feredy.

Ia menambahkan, keterbatasan kapal ekspor menyebabkan Manokwari bergantung pada pelabuhan lain sebagai lokasi transit sebelum barang dikirim ke luar negeri.

"Sampai sekarang, ekspor komoditas unggulan Manokwari masih bergantung pada pelabunan Makassar, Surabaya, dan Tanjung Perak," imbuhnya.

Baca juga: Bea Cukai Tegas ke Pemda dan Distributor: Tanpa NPPBKC, Penjualan Miras di Manokwari Tetap Ilegal

Bahkan ntuk komoditas laut, lanjut Feredy, sebagian besar pengiriman dilakukan melalui bandara dan dikirim ke Jakarta terlebih dahulu sebelum diekspor.

“Kepiting paling banyak lewat bandara. Kirim ke Jakarta dulu, baru dari sana diekspor ke luar negeri,” katanya.

Meski proses ekspor tidak langsung dari Manokwari, Bea Cukai meminta pelaku usaha tetap mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) di Kantor Bea Cukai Manokwari.

Hal ini, kata Feredy, penting agar kegiatan ekspor tercatat sebagai kontribusi daerah.

“Kalau PEB didaftarkan di sini, datanya tercatat di sistem pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS). Jadi pemerintah daerah juga dapat poin karena ada ekspor di wilayah ini,” tegas Feredy.

Ia menjelaskan, tantangan ekspor di Tanah Papua bukan hanya terjadi di Manokwari, melainkan juga di wilayah lain di Indonesia Timur.

Kendala yang dihadapi antara lain minimnya armada kontainer ekspor serta kapasitas produksi yang belum memenuhi standar kuantitas.

Sebagai solusi, Bea Cukai menerapkan konsep ekspor tidak langsung.

Baca juga: Ekspor Non Migas Papua Barat pada Mei 2024 Turun daripada Bulan Sebelumnya

“Misalnya barang didaftarkan ekspornya di sini, pakai kontainer lokal. Nanti di Surabaya diganti kontainer ekspor. Itu bisa dan lazim dilakukan,” ungkapnya.

Selain itu, Bea Cukai Manokwari juga menjalankan program Asistensi UMKM untuk Ekspor guna mendorong pelaku usaha kecil masuk pasar internasional.

Feredy menbenarkan bahwa tahun ini, dua perusahaan lokal yakni PT Cokran dan CV Amara telah didampingi untuk ekspor komoditas kepiting melalui Batam.

“Semua kantor Bea Cukai wajib mendorong UMKM go global. Itu program nasional, namanya Klinik Ekspor,” tutup Feredy.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved